Dracin Seru: Cinta Yang Menetes Dari Luka Lama
Cinta yang Menetes dari Luka Lama
Malam itu seperti tirai beludru hitam yang berat, menutupi segalanya dalam kegelapan yang pekat. Salju turun tanpa henti, menutupi Halaman Istana dengan lapisan putih suci yang dikotori oleh noda darah. Darah itu, merah membara di atas salju dingin, mengalir dari tubuh Li Mei, putri mahkota yang kini terbaring tak berdaya.
Di atasnya berdiri Zhang Wei, pangeran pemberontak dengan mata setajam belati. Wajahnya, yang dulu dipuja Li Mei, kini hanya memancarkan kebencian sedalam jurang maut. Di tangannya, pedang berlumuran darah bergetar ringan, saksi bisu pengkhianatan dan rahasia yang akan segera terkuak.
"Kenapa, Wei? Kenapa kau lakukan ini?" bisik Li Mei, suaranya tercekat oleh rasa sakit dan pengkhianatan.
Zhang Wei berlutut, mencengkeram dagu Li Mei dengan kasar. "Kenapa? Kau bertanya kenapa? Selama bertahun-tahun aku hidup dalam bayang-bayangmu, Li Mei. Selama bertahun-tahun aku memendam cinta dan kebencian yang sama besarnya padamu. Kau tahu semua yang kuinginkan, semua yang kupendam, namun kau memilihnya, bukan aku!"
Aroma dupa melayang di udara, bercampur dengan bau amis darah dan dinginnya salju. Air mata mengalir di pipi Li Mei, membasahi dupa yang dibakar untuk kedamaian leluhur. "Aku... aku tidak mengerti."
Zhang Wei tertawa sinis, suara yang mengerikan di tengah keheningan malam. "Kau tidak mengerti? Ayahmu, kaisar yang mulia, membunuh keluargaku! Membantai seluruh klanku! Dan kau, Li Mei, putri dari pembantai itu, berpura-pura mencintaiku?"
Li Mei menggelengkan kepala, air matanya semakin deras. "Itu... itu dusta! Aku tidak tahu!"
"Dusta katamu?" Zhang Wei mengeluarkan sebuah gulungan usang dari balik jubahnya. "Bacalah! Surat perintah dari kaisar, ditandatangani dengan darah keluargaku sendiri! Inilah bukti yang selama ini kucari! Inilah alasan mengapa aku mencintaimu dan membencimu sekarang."
Di atas abu perapian yang telah lama padam, Zhang Wei mengucapkan janji. Janji balas dendam yang membara, yang akan membakar habis kerajaan ini hingga abu. Janji untuk menebus darah keluarganya dengan darah keluarga Li Mei.
Bertahun-tahun kemudian, Zhang Wei, yang kini menjadi kaisar dengan tangan besi, duduk di singgasananya. Ia telah membalaskan dendam keluarganya. Kaisar Li Mei telah dieksekusi di depan seluruh rakyat, dan kerajaannya telah menjadi abu.
Namun, balas dendam sejati bukanlah darah dan pedang. Balas dendam sejati adalah ketika musuhmu menyaksikan kebahagiaan mereka dirampas, satu per satu. Istri kaisar Li Mei, selir yang paling dicintai Li Mei, secara diam-diam telah mengandung anak dari Li Mei. Zhang Wei tahu. Ia membiarkan anak itu lahir, tumbuh, dan merasakan kasih sayang seorang ayah pengganti.
Saat anak itu berusia tujuh belas tahun, Zhang Wei mengungkapkan segalanya. Kebenaran yang pahit tentang orang tuanya, tentang pembantaian, tentang dendam.
Di hadapan pemuda itu, Zhang Wei berkata dengan nada yang dingin tapi mengiris kalbu, "Kau adalah bukti bahwa dendam itu manis. Kini kau tahu siapa dirimu sebenarnya... dan siapa aku bagimu."
Pemuda itu menatap Zhang Wei dengan mata yang berkilat, campuran antara cinta, kebencian, dan keputusasaan. Tidak ada tangisan. Tidak ada amukan. Hanya keheningan yang mematikan.
Zhang Wei tersenyum tipis, puas. "Sekarang, pergilah."
Di malam yang sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki yang menjauh, dan keheningan yang lebih menakutkan dari teriakan apa pun.
Dendam telah terbalaskan, tapi kebahagiaan telah pergi selamanya.
Dan di balik senyum kemenangan Zhang Wei, tersembunyi penyesalan yang akan menghantuinya hingga akhir hayat.
You Might Also Like: Distributor Kosmetik Bisnis Rumahan