TOP! Aku Menatapmu Dari Bayang-bayang, Dan Tahu Kau Masih Mencari
Aku Menatapmu dari Bayang-Bayang, dan Tahu Kau Masih Mencari
Kilauan lampu kristal menari di atas gaun sutraku, memantulkan cahaya ke mata yang terlalu tenang. Pesta dansa ini adalah panggungku, dan aku adalah aktrisnya. Aku tersenyum, senyum yang dulu membuatmu tergila-gila, kini hanya topeng yang menutupi jurang kepedihan.
Dulu, senyum ini adalah janjiku padamu. Janji kebahagiaan, janji kesetiaan. Sekarang? Ia hanyalah tipuan.
Aku melihatmu di antara kerumunan, Liu Wei. Kau masih setampan dulu, dengan rahang tegas dan mata yang mencari. Mencari siapa? Mencari aku yang dulu, aku yang bodoh yang percaya pada setiap kata manismu?
Ingatkah kau, Liu Wei, tentang pelukanmu? Dulu, aku merasa aman dalam dekapmu. Sekarang, aku tahu itu adalah pelukan beracun, membunuhku perlahan dari dalam. Setiap bisikan cintamu bagaikan racun yang merasuk ke dalam tulang sumsumku.
Kau mendekat, aroma parfummu menusuk indra penciumanku. Dulu, aroma ini membuat jantungku berdebar. Sekarang, ia hanya mengingatkanku pada janji yang kau ingkari, janji yang berubah menjadi belati tajam yang menghunus hatiku.
"Li Mei," bisikmu, suaramu terdengar serak. "Aku... aku merindukanmu."
Aku hanya tersenyum tipis, tidak menjawab. Biarkan kau merindukanku. Biarkan kau merasakan perihnya kehilangan. Karena aku sudah merasakan itu selama bertahun-tahun.
Kau tahu, Liu Wei, yang paling menyakitkan bukanlah pengkhianatanmu. Tapi kenyataan bahwa aku memberikan hatiku padamu. Aku mempercayaimu dengan seluruh jiwaku. Dan kau menghancurkannya.
Tapi aku tidak akan membiarkanmu melihat air mataku. Aku tidak akan memberimu kepuasan itu. Aku akan berdiri tegak, anggun dan bermartabat, meskipun hatiku hancur berkeping-keping.
Aku sudah merencanakan ini dengan matang. Tidak ada darah yang akan tumpah. Tidak ada teriakan amarah. Hanya penyesalan yang abadi.
Perusahaanku, perusahaan yang dulu kita bangun bersama, kini sepenuhnya milikku. Kau? Kau akan kehilangan segalanya. Reputasimu, kekayaanmu, dan yang terpenting, kepercayaan. Itulah balas dendamku, Liu Wei. Bukan dengan kekerasan, tapi dengan kehancuran perlahan yang akan menghantuimu seumur hidupmu.
Aku melihat kekacauan di matamu saat kau menyadari jebakan yang telah kutata. Aku melihat penyesalan yang terlambat merayapi wajahmu.
"Mengapa, Li Mei? Mengapa kau melakukan ini?"
Aku mendekat, membisikkan sebuah rahasia di telingamu. "Karena kau pantas mendapatkannya."
Aku berbalik, meninggalkanmu terhuyung di tengah kerumunan. Aku tahu, kau akan terus mencari. Mencari aku yang dulu, mencari pengampunan yang tidak akan pernah kau dapatkan.
Aku menatapmu dari bayang-bayang, dan tahu kau masih mencari. Dan di saat itulah, aku menyadari, cinta dan dendam lahir dari tempat yang sama.
You Might Also Like: Como Quitar Un Chupeton Rapido Aqui Te