FULL DRAMA! Pelukan Yang Menghangatkan Duka
Pelukan yang Menghangatkan Duka
Bunga Plum, yang dulunya mekar di taman kekaisaran, kini berdiri di tengah reruntuhan istana lamanya. Dulu, dia adalah Permaisuri Xian, dicintai oleh Kaisar, ditakuti oleh selir lain. Namun, cinta dan kekuasaan adalah pedang bermata dua. Kaisar yang dia cintai, dengan senyum semanis madu, telah merebut segalanya darinya: tahta, keluarga, bahkan martabatnya. Pengkhianatan itu bagaikan racun mematikan yang merambat perlahan, mengubah hatinya yang riang menjadi danau es.
Kini, dengan rambut tergerai menutupi wajah, dia menatap puing-puing itu. Kelembutan yang dulu mendefinisikan dirinya, masih bersemayam dalam lekuk bibirnya, namun matanya memancarkan kekuatan yang menakutkan. Luka-luka yang membekas di hatinya telah ditempa menjadi baja, membuatnya kebal terhadap sakit. Dia adalah bunga yang tumbuh di medan perang, rapuh namun KUAT, penuh luka namun tetap menyimpan keindahan yang memukau.
Tahun-tahun berlalu. Bunga Plum, yang kini dikenal sebagai Nyonya Mei, mengumpulkan pengikut setia. Dia membangun jaringan intelijen yang rumit, menguasai seni bela diri kuno, dan menyempurnakan strategi yang mematikan. Balas dendamnya tidak akan datang dengan teriakan amarah, melainkan dengan bisikan kematian, dengan langkah anggun seorang penari yang menginjak duri.
Dia tidak menginginkan tahta. Dia hanya menginginkan keadilan. Dia ingin melihat Kaisar merasakan kehilangan yang sama, kepedihan yang sama, kehancuran yang sama. Dia ingin melihatnya MENJILAT debu di kakinya, memohon ampunan yang takkan pernah dia berikan.
Setiap malam, di bawah rembulan yang dingin, Nyonya Mei berlatih kaligrafi. Dengan kuas di tangannya, dia menuliskan nama-nama mereka yang telah mengkhianatinya. Setiap goresan adalah sumpah, setiap tinta adalah air mata, setiap aksara adalah rencana yang tersusun rapi. Dia adalah arsitek kejatuhan mereka, seorang seniman yang menciptakan karya agung berupa kehancuran.
Suatu malam, ketika Kaisar mengadakan pesta besar untuk merayakan kekuasaannya yang tak tertandingi, Nyonya Mei menyelinap ke istana. Dia mengenakan gaun sutra hitam, rambutnya disanggul rapi, wajahnya dihiasi riasan yang sempurna. Dia tampak seperti hantu dari masa lalu, bayangan yang kembali untuk menuntut balas.
Dia mendekati Kaisar, yang mabuk dan dikelilingi oleh para selir. Dia tersenyum padanya, senyum yang sama yang dulu membuatnya jatuh cinta. Dia berbisik di telinganya, "Ingatkah kamu padaku, Kaisar?"
Kaisar tersentak, matanya membulat karena terkejut. Dia mengenali wajah itu, wajah yang telah menghantuinya dalam mimpi buruknya selama bertahun-tahun. Dia mencoba berteriak, tetapi suaranya tercekat di tenggorokannya.
Nyonya Mei meletakkan tangannya di pipi Kaisar, memberinya sentuhan lembut. "Jangan khawatir," bisiknya. "Ini akan segera berakhir."
Tanpa sepatah kata lagi, dia mengeluarkan jarum perak dari lengan bajunya dan menusukkannya ke jantung Kaisar. Kaisar jatuh ke lantai, matanya menatap langit-langit, napasnya terputus-putus.
Para penjaga dan selir menjerit histeris. Nyonya Mei tetap tenang, berdiri di atas mayat Kaisar dengan anggun. Dia telah menyelesaikan misinya. Balas dendamnya telah terbayar lunas.
Dia berbalik dan berjalan keluar dari istana, meninggalkan kekacauan di belakangnya. Dia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Dia telah melewati titik tidak bisa kembali. Tapi dia tidak menyesal. Dia telah merebut kembali kekuatannya, menemukan kedamaian dalam kehancuran, dan membangun kerajaan sendiri dari abu cintanya yang hancur.
Di puncak bukit, menatap mentari terbit yang menyinari wajahnya, ia berbisik pada angin, "Akhirnya, aku adalah kaisar bagi diriku sendiri, dan mahkotaku terbuat dari duri yang indah…"
You Might Also Like: Distributor Kosmetik Modal Kecil Untung