Drama Abiss! Cinta Yang Menolak Dilupakan
Aula emas itu berkilauan di bawah ratusan lentera, memantulkan kemewahan yang menyesakkan. Aroma dupa cendana bercampur dengan wangi parfum mahal, menciptakan suasana yang memabukkan sekaligus mengancam. Di tengah kerumunan pejabat istana yang berpakaian sutra dan brokat, Kaisar Li Wei berdiri tegak, aura kekuasaannya bagai gunung yang tak tergoyahkan. Di sisinya, Putri Selir Mei Lin tersenyum lembut, kecantikannya yang mempesona menyembunyikan ambisi yang membara di hatinya.
Mereka berdua adalah dua kutub magnet yang saling tarik menarik, namun terpisah oleh jurang kekuasaan dan intrik. Li Wei, sang Penguasa Agung, terikat pada tahta dan kewajibannya. Mei Lin, seorang wanita cerdas dan berpendidikan, terikat pada cintanya untuk Li Wei… dan keinginannya untuk memiliki pengaruh.
Cinta mereka dimulai dari pertemuan rahasia di taman bunga persik, di mana janji-janji diucapkan di bawah rembulan pucat. Li Wei, yang lelah dengan protokol istana, menemukan kedamaian dan kebebasan dalam pelukan Mei Lin. Mei Lin, yang haus akan validasi, menemukan tempat di hati sang kaisar. Namun, di istana yang penuh dengan BISIKAN PENGKHIANATAN dan perebutan kekuasaan, cinta mereka menjadi permainan berbahaya.
Setiap senyuman bisa berarti konspirasi. Setiap janji, sebuah pedang.
Mei Lin belajar dengan cepat. Ia menguasai seni manipulasi, menenun jaring pengaruh di antara para pejabat istana, menggunakan kecantikannya sebagai senjata dan kecerdasannya sebagai perisai. Li Wei, yang dibutakan oleh cintanya, tidak menyadari bahwa Mei Lin sedang membangun kekuatannya sendiri.
"Aku mencintaimu, Li Wei," bisik Mei Lin suatu malam, saat mereka berdua duduk di balkon istana, memandang kota yang bergemerlap. "Tapi cintaku padamu TIDAK AKAN menghentikanku untuk mendapatkan apa yang menjadi hakku."
Li Wei tersenyum, mengira itu hanyalah gurauan. Ia tidak tahu bahwa kata-kata Mei Lin adalah SUMPAH, bukan rayuan.
Bertahun-tahun berlalu. Mei Lin, dengan sabar dan licik, berhasil menyingkirkan para pesaingnya. Ia menanamkan mata-mata di setiap sudut istana, mengumpulkan informasi dan memanfaatkan kelemahan orang lain. Perlahan tapi pasti, ia merebut kendali atas istana, mengubah Li Wei menjadi pion dalam permainannya.
Puncaknya datang pada malam ulang tahun Li Wei. Di tengah perayaan yang mewah, Mei Lin mengumumkan bahwa Kaisar telah sakit parah dan menunjuknya sebagai wali untuk Putra Mahkota, putra mereka. Li Wei, yang terkejut dan dikhianati, berusaha untuk berbicara, tetapi suaranya teredam oleh obat yang telah dicampur ke dalam minumannya.
"Kau meremehkanku, Li Wei," bisik Mei Lin, menatap mata Li Wei yang mulai kehilangan fokus. "Kau pikir aku hanya boneka cantik yang bisa kau permainkan. Kau salah. Aku lebih dari itu. Aku adalah seorang PEMIMPIN, seorang PEMBALAS, dan kau... adalah korban dari cintaku yang kau abaikan."
Dengan senyum dingin yang menusuk jantung, Mei Lin mengangkat piala berisi anggur yang telah dicampur racun. Ia menawarkan minuman itu kepada Li Wei, dengan anggun tapi MEMATIKAN.
BALAS DENDAM terhidang, elegan, dingin, sempurna.
Tirai sutra itu berkibar ditiup angin malam, seolah sejarah baru saja menulis ulang dirinya sendiri... dengan darah.
You Might Also Like: Jualan Skincare Modal Kecil Untung